Skip to main content

Ternyata Kata OK itu Singkatan loh...

Ternyata Kata OK itu Singkatan loh...

Ketahui asal-usul kata 'OK' yang ternyata singkatan dari 'oll korrect', dari sejarah hingga penggunaannya di era modern

Daftar isi
Baca Juga

Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya kenapa kata "OK" begitu sering dipakai di mana-mana? Dari percakapan sehari-hari, chat di aplikasi, sampai iklan di TV, kata ini seolah nggak pernah kehilangan pesonanya.

Ternyata, di balik kesederhanaannya, singkatan OK punya cerita panjang yang menarik banget untuk diulik. Kata yang cuma dua huruf ini nggak cuma sekadar tanda setuju, tapi juga punya sejarah yang bikin kita nganga.

Ternyata Kata OK itu Singkatan loh...

Asal-usul singkatan OK sebenarnya berasal dari Amerika Serikat di abad ke-19. Banyak yang nggak nyangka kalau kata ini lahir dari guyonan yang akhirnya jadi fenomena global.

Ceritanya, kata ini muncul dari permainan kata yang populer di kalangan jurnalis dan penutur bahasa Inggris saat itu. Dari situ, OK menyebar luas, melewati batas negara, dan jadi bagian dari kosakata sehari-hari di hampir seluruh dunia.

Menariknya, meskipun singkatan OK sekarang dipakai di mana-mana, nggak banyak yang tahu kalau aslinya ini adalah singkatan dari frasa yang agak lucu. Nggak percaya? Saya juga hehehe...

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, kata OK berasal dari frasa "oll korrect", sebuah plesetan dari "all correct". Kok bisa? Nah, ini dia yang bikin ceritanya seru, dan kita bakal bahas lebih dalam soal perjalanan kata ini melalui artikel yang saya buat ini.

Lebih dari sekadar singkatan, OK juga mencerminkan bagaimana bahasa bisa berkembang dari sesuatu yang sederhana jadi simbol budaya. Mulai dari surat kabar, telegram, sampai emoji di ponselmu, OK udah jadi semacam kode universal yang semua orang paham artinya.

Awal Mula Singkatan OK

Kisah singkatan OK dimulai di Boston, Amerika Serikat, sekitar tahun 1830-an. Waktu itu, ada tren di kalangan anak muda dan jurnalis untuk bikin singkatan-singkatan lucu dari frasa yang sengaja dieja salah.

Salah satunya adalah "oll korrect" yang sebenarnya pengucapan kocak dari "all correct". Frasa ini pertama kali muncul di surat kabar Boston Morning Post pada 23 Maret 1839, sebagai bagian dari artikel yang penuh candaan.

Kenapa "oll korrect"? Jadi, waktu itu orang-orang suka ngejek-ngejek gaya bahasa yang salah dengan sengaja, termasuk nulis "all correct" jadi "oll korrect" biar kedengeran lebih santai dan ngocol. Singkatan OK diambil dari huruf pertama frasa ini, dan entah kenapa, orang-orang langsung suka. Mungkin karena pendek, gampang diucap, dan bisa dipakai di banyak situasi.

Tapi, cerita nggak berhenti di situ. Kata OK mulai populer banget pas kampanye politik di tahun 1840. Ada kandidat presiden bernama Martin Van Buren yang dijuluki "Old Kinderhook" karena dia lahir di Kinderhook, New York.

Pendukungnya pake singkatan OK untuk nyanyi-nyanyi dan bikin slogan kampanye. Dari itu, kata OK makin nempel di kepala orang-orang, apalagi karena media terus nyebut-nyebut julukan ini.

Perjalanan OK Menyebar ke Seluruh Dunia

Abad ke-19 adalah masa ketika teknologi komunikasi mulai berkembang. Surat kabar, telegraf, dan kemudian telepon jadi alat yang bikin kata OK nyebar cepet banget.

Seperti pperator telegraf yang suka menggunakan kata OK karena singkat dan jelas, cocok buat ngasih tahu kalau pesan udah diterima dengan baik. Bayangin, di tengah keterbatasan teknologi, dua huruf ini jadi penutup yang efisien untuk setiap komunikasi.

Ketika Amerika Serikat mulai punya pengaruh besar di dunia, apalagi setelah Perang Dunia II, bahasa Inggris ikut nyebar. Kata OK jadi salah satu kata yang paling gampang diadopsi sama orang-orang di negara lain.

Kenapa? Karena kata OK nggak cuma gampang diucap, tapi juga nggak terlalu terikat sama budaya tertentu. Orang dari berbagai bahasa bisa pake kata OK tanpa perlu tahu cerita panjang di baliknya.

Di Indonesia sendiri, OK udah jadi bagian dari bahasa sehari-hari, terutama di kalangan anak muda. Kamu pasti sering denger temen bilang "OK lah" atau "OK banget" di obrolan santai. Bahkan, di dunia bisnis atau formal, OK tetep dipakai buat nunjukin persetujuan atau konfirmasi. Fleksibel banget, kan?

Teori Lain tentang Asal-Usul OK

Meskipun teori "oll korrect" adalah yang paling diterima, ada beberapa hipotesis lain soal asal-usul kata OK ini. Berikut beberapa di antaranya yang cukup menarik:

  • Bahasa Choctaw

    Ada yang bilang OK berasal dari kata "okeh" dalam bahasa suku Choctaw, yang artinya "iya" atau "benar". Kata ini konon dipakai di wilayah selatan Amerika sebelum "oll korrect" muncul. Tapi, bukti sejarahnya nggak sekuat teori utama peggunaan oll korrect.

  • Bahasa Jerman

    Beberapa orang ngira OK adalah singkatan dari "ohne Korrektur" (tanpa koreksi) yang dipake editor koran di Jerman. Tapi, ini kurang populer karena OK muncul di Amerika dulu sebelum nyebar ke Eropa.

  • Bahasa Yunani

    Ada teori yang bilang OK dari frasa Yunani "ola kala" yang artinya "semua baik". Ini sering dipake pelaut Yunani, tapi lagi-lagi nggak ada bukti kuat yang nyambungin ke Amerika.

Meski teori-teori ini menarik, kebanyakan ahli bahasa setuju kalau “oll korrect” adalah asal-usul yang paling logis. Soalnya, ada bukti cetak di surat kabar Boston yang bikin teori ini lebih kuat dibandingkan yang lain.

OK di Era Modern

Di zaman sekarang, OK nggak cuma kata, tapi juga simbol budaya. Kamu bisa lihat OK di mana-mana: emoji jempol, stiker di aplikasi chat, sampai jargon di iklan.

Bahkan, ada gerakan tangan OK 👌 yang jadi tanda setuju di banyak negara, meskipun di beberapa tempat gerakan ini punya makna beda yang kadang negatif.

Di media sosial, OK sering dipake buat ngegambarin sesuatu yang simpel tapi keren. Misalnya, caption "OOTD OK banget" atau "Vibes-nya OK nih". Fleksibilitas OK bikin dia tetep relevan, bahkan di tengah munculnya slang baru kayak "lit" atau "slay'.

Nggak cuma itu, OK juga punya tempat khusus di dunia teknologi. Programmer sering pake OK sebagai kode status di sistem, misalnya "200 OK" di protokol HTTP yang artinya website berjalan lancar. Dari surat kabar abad ke-19 sampai server internet, perjalanan OK emang nggak main-main.

Mengapa OK Begitu Populer?

Ada beberapa alasan kenapa OK bisa jadi kata yang super populer. Berikut poin-poin yang bikin OK beda dari kata lain:

  1. Singkat dan gampang diucap

    Dua huruf doang, gampang dilupain nggak, sih? OK bisa diucapin sama orang dari latar belakang bahasa apa aja tanpa perlu pelafalan ribet.

  2. Makna universal

    OK bisa berarti setuju, baik, selesai, atau bahkan cuma buat ngasih tanda kalau kamu denger. Maknanya fleksibel, tergantung konteks.

  3. Netral budaya

    OK nggak terlalu terikat sama satu budaya, jadi gampang diterima di mana-mana, dari Amerika sampe Asia.

  4. Dukungan media

    Dari surat kabar, telegraf, sampai film Hollywood, OK selalu dapet “panggung” yang bikin dia makin terkenal.

OK dalam Bahasa Indonesia

Di Indonesia, OK udah umum digunakan dalam obrolan sehari-hari. Kamu pasti pernah denger atau pake OK dalam berbagai situasi, kan? Misalnya, pas temen nanya, "Jadi ketemuan jam 7?" dan kamu jawab, "OK!" Atau di grup WhatsApp kantor, "Tugasnya udah selesai?" dan jawabannya cuma, "OK, bro."

Uniknya, di Indonesia OK sering dikombinasi sama kata lokal. Misalnya, "OK lah, gas!" atau "OK, sip!" Ini nunjukin kalau OK nggak cuma diadopsi, tapi juga diadaptasi ke gaya bahasa kita yang santai dan ekspresif. Bahkan, di beberapa daerah, OK bisa berubah jadi "oke" dengan ejaan yang lebih panjang, tapi artinya tetep sama.

Di dunia formal, OK juga nggak kalah eksis. Misalnya, di email kantor, orang sering nulis "OK, saya setuju" atau "OK, silakan lanjutkan!". Ini bikin OK jadi salah satu kata yang bisa nyanyi di semua genre, dari obrolan warung kopi sampe rapat direksi.

Siapa sangka kata sekecil kata OK punya cerita sepanjang ini? Dari guyonan "oll korrect" di surat kabar Boston, singkatan OK udah menjelajah dunia, masuk ke berbagai bahasa, dan jadi bagian dari hidup kita sehari-hari.

Fleksibilitas, kesederhanaan, dan daya tarik universalnya bikin kata OK tetep relevan, dari zaman telegraf sampai era emoji. Jadi, lain kali kamu bilang "OK" di chat atau obrolan, inget deh, kamu lagi pake kata yang udah berumur hampir dua abad dan punya sejarah super keren!

Baca Juga...